Alunan gending mulai menyeruak diantara dinginnya malam
itu. Cerita ini berawal pada Bambang Prabakusuma yang berniat untuk memperistri Dewi Sri. Dia menceritakan
kepada anaknya Janaka yang bernama Kuntarama. Mendengar hal tersebut ayahnya menyetujuinya namun
beliau memberikan petuah kepada dia agar dia tak lupa diri dan bertindak sewajarnya dalam
mencitai seseorang. Setelah Kuntarama setuju dengan rencananya tersebut Bambang
Praba Kusuma berniat untuk mengajak Dewi
Sri ke kerajaannya. Dengan begitu Kuntarama mulai mencari Dewi Sri.
Dengan
perginya Dewi Sri, Ayah Dewi Sri dan rakyat negara Amarta merasa sangat
kehilangan atas dibawa larinya Dewi Sri. Dan karena kepergian Dewi Sri yang
merupakan Mustika Retna penjaga kesejahteraan itu, negara Amarta dilanda sebuah
bencana berupa paceklik berkepanjangan. Untuk menemukan dan membawa pulang kembali
Dewi Sri, sang Ayah dari Dewi Sri mengutus para Pandhawa. Dan Pandhawa sendiri
mengutus putera dari Janaka yang bernama Bambang Prabakusuma untuk mencari sang
Dewi Sri ke negeri Antasangin. Namun setelah mencobanya, Prabakusuma tidak
berhasil membawa pulang Dewi Sri karena para Buta dari negeri Antasangin
menyembunyikannya. Kemudian sang Prabakusuma meminta pertolongan Sang Dewa
Indra untuk membantunya, dan Dewa Indra memberikan Garuda untuk membantu
Prabakusuma dalam membawa pulang Dewi Sri.
Setelah menerima Garuda dari Sang
Dewa Indra, Prabakusuma menuju negeri Antasangin, namun dalam perjalanan ia
bertemu dengan Nilataksaka. Dan terjadilah peperangan disana, pada mulanya sang
Prabakusuma berhasil mengalahkan Nilataksaka, namun setelah Nilataksaka mengubah
dirinya menjadi ular ia hampir mengalahkan Prabakusuma, namun sang Garuda menyelamatkan Prabakusuma.
Kemudian terjadilah pertempuran sengit. Sang Prabakusuma akhirnya bisa
mengalahkan ular yang merupakan jelmaan dari Nilataksaka tadi, ular itu menjadi
cacat menjadi ular buntung.
Setelah mengalahkan ular
Nilataksaka, Prabakusuma berhasil menemui Dewi Sri. Dan ia meminta pertolongan
Semar untuk membujuk Dewi Sri pulang, dan Dewi Sri akhirnya mau dibawa
pulang/diboyong ke Amarta, kembali ke negaranya.
Mengetahui Dewi Sri diboyong
kembali ke Amarta dan anaknya dikalahkan dan berubah menjadi ular buntung,
Prabu Trenggono menuju ke Amarta untuk membalas dendam, namun dalam perjalanan
ia bertemu dengan Sang Bima, dan bertarunglah mereka. Namun Seran Trenggono
kalah dan dikutuklah ia menjadi sebatang kayu Tawa. Kayu Tawa inilah yang
kemudian digunakan oleh rakyat untuk menjaga lumbung padi agar tidak terjadi
kerusakan pada hasil panen mereka.
Setelah kalah dan menjadi ular
buntung, Nilataksaka menemui Prabu Kresna dan minta pertolongan beliau untuk
dikembalikan seperti bentuk semula karena ia ingin selalu dekat dengan Dewi
Sri. Prabu Kresnapun mengabulkan permintaan Nilataksaka dengan syarat
nilataksaka harus menjaga dan melindungi Dewi Sri dari berbagai macam gangguan.
Dan Nilataksaka membuktikannya dengan berhasil mengalahkan Raja Tikus, Raja
Babi/Celeng yang hendak mengganggu Dewi Sri.
Seperti pagelaran wayang kulit pada umumnya, cerita ini
diselingi dengan munculny tokoh Limbuk dan Punakawan yang membuat cerita lebih
hidup karena menyelipkan obrolan yang sesuai dengan keadaan sekarang. Selain
itu pertunjukan ini semakin menarik dengan ditampilkannya Semar dan Gareng
dalam bentuk wayang orang. Selingan ini justru mengundang perhatian penonton
karena mereka menyajikan lawakan-lawakan yang menarik dan lucu dengan ciri khas
tokoh masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar