ANALISIS KRITIK SASTRA SASTRA JAWA KUNA KAKAWIN
“Beberapa
Kakawin Minor Dari Kemudian Hari”
Dalam bab ini terkumpul
bebrapa kakawin yang berbeda panjangnya dan waktu penulisannya dilakukan pada
sejak akhir Majapahit (abad ke-17) sampai abad ke-19. Selain itu dari mutu
literernya juga berbeda-beda, bebrapa masih cukup dekat dengan tradisi Jawa
Timur. Selain itu juga terdapat beberapa kekurangan dalam teks kakawin
tersebut. Cerita yang kurang menarik dan bervariasi dirasas masih kurang
menarik. Banyaknya adegan pertempuran yang berkali-kali dan perwatakan yang
kurang jelas dirasa sangat menjemukan. Kidung-kidung ini juga tercampur dengan
unsur-unsur kebudayaan Bali. Selain itu dalam kidung ini tidak memperhatikan
panjang pendek vokal dalam suku kata yang terbuka, demi metrumnya.Hampir semua
pengarang kakwin ini tanpa memperhatikan kaidah-kaidah yang ada antara vokal
panjang dan pendek.
1.SUBHADRĀWIWĀHA (PERKAWINAN
SUBHADRĀ) ATAU PĀRTHĀYANA (PENGEMBARAAN ARJUNA)
Kakawin ini
menceritakan tentang perjalanan-perjalanan suci Arjuna yang diambil dari
Ādiparwa. Dalam edisi Jawa Kuna hanya terdiri dari beberapa halaman sajatetapi
dalam kakwin terdiri dari 55 pupuh. Isi dari kakawin ini hampir sama dengan
Adiparwa yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna. Disisni terlihat penyimpangan
yang sama dengan Mahabarata versi Sansekerta. Nama kerajaan raja Citradahana
pada epos Mahabarata disebut Manipura,dalam parwa Manayura dan dalam kakawin
Mayura. Dalam Mahabarata apsari yang dibebaskandari kutukan disebut Nagra dalam
parwa Sarwada dan dalam kakawin Puspamesi. Diduga pengarang menggunakan sumber
dari versi parwa walaupun dengan sedikit perubahan.
2.ABHIMANYUWIWĀHA (PERNIKAHAN ABHIMANYU)
2.ABHIMANYUWIWĀHA (PERNIKAHAN ABHIMANYU)
Kakawin ini
merupakan adaptasi dari Wirataparwa. Bagian tutur-tutur langsung lebih singkat
seperti pada perdebatan para Korawa dengan Pandawa. Dalam kakawin ini kita
jumpai cukup bukti bahwa karya puisi menimba langsung dari prosa. Terjadinya
pemakaian kata dan ungkapan yang berulang-ulang dalam konteks yang sama menjadi
salah satu kelemahan. Penyair mengubah kakawin untuk menarik perhatian para
pembaca. Banyak bagian deskriptif yang ditambahkan dan bagian naratif
dipersingkat tanpa mengubah isinya.
3.HARIWIJAYA
(KEMENAGAN WISNU)
Hariwijaya merupakan perkembangan dari kisah-kisah
Adiparwa. Menurut bahasa, gaya dan teknik puitisasi kakawin ini mirip dengan
Subhadrawiwaha dan Abhimanyuwiwaha dan mungkin juga berasal dari waktu yang
sama.Karya ini memperluas cerita parwa yang ada dalam edisi Juynboll yang hanya
terdiri dari empat halaman.Seperti halnya yang lain kita dapati dalam teks
prosa selalu memperlihatkan penyimpangan nama-nama dari bentuk Sansekertanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar