Dalam
keluarga Jawa masa lalu, kedudukan wanita masih dipandang sebelah mata. Pada masa itu wanita memiliki kedudukan yang lebih rendah dibandingkan
dengan pria. Kodrat wanita Jawa yang berkedudukan sebagai istri
dan mengurus rumah tangga.Begitu
pula sama halnya dengan masalah pendidikan. Orang jawa jaman dul masih
menganggap Wanita Jawa khususnya tidak memerlukan pendidikan karena hanya
berperan di rumah saja.Hal inilah
yang menimbulkan munculnya pandangan rendah terhadap kedudukan wanita
Jawa pada masa itu.
Meskipun
dalam kultur Jawa, kedudukan wanita ditempatkan pada posisi sebagai tiyang wingking hal ini
bermaksud bahwa wanita berperan saling melengkapi di samping laki-laki. Walau diakui budaya Jawa lebih memberikan
keleluasaan gerak dan kesempatan bagi laki-laki di bandingan perempuan.
Dalam keluarga
Jawa seorang
wanita (istri) tidak boleh berbuat sesuka hatinya, dia terikat oleh aturan yang
ada. Seorang wanita (istri) harus menghormati
suami dan berbakti kepada suami. Jika wanita tidak menghormati suaminya, maka yang disalahkan adalah orang tua si istri tersebut
dengan anggapan orang tuanya tidak bisa mendidik dan tidak bisa memberikan
nasihat kepada anaknya. Seorang wanita harus benar-benar ingat dan menyadari dengan sepenuh
hati bahwa sesungguhnya dirinya berada dalam wewenang laki-laki (suami). Hendaknya seorang wanita dalam keluarga Jawa selalu
bermulut dan bertingkah laku manis, berwajah manis dan berbicara dengan lemah
lembut.
Dari sisi
budaya dan nilai-nilai luhur seorang wanita dalam keluarga sesungguhnya
memiliki peran yang sangatlah besar. Sebagai
seorang ibu, wanita berlaku sebagai pendidik utama bagi
putra-putrinya. Wanita atau ibu pulalah yang mengenalkan anak pertama kali
untuk berpikir dan berbicara. Selain itu seorang wanita merupakan pemegang kunci
segala bentuk pendidikan. Dalam hal ini, orang tua
berperan dalam memberikan pendidikan budaya, sosial dan moral terhadap anak.
Dari sinilah seorang anak akan belajar dalam menghadapi kehidupan sosial di
masyarakat pada umumnya. Pembangunan moral generasi muda tergantung pula pada
moral wanita sebagai ibu dan pendidik. Nilai-nilai Jawa yang ada semakin
bersaing dengan adanya arus globalisasi. Bahkan ada pendapat yang mengatakan “mulia tidaknya hidup seorang wanita
tergantung pada moralnya”.
Selain itu etika sebagai satu
ajaran moralitas yang memberi arah bagaimana sesungguhnya hidup yang religius
sesuai dengan tuntunan agama dan norma sosial.
Namun pada masa sekarang ini nilai-nilai
tersebut telah bergeser dan berubah. Kedudukan dan
derajat wanita pada masa sekarang sudahlah rata jika dibandingkan dengan pria.
Baik dalam pendidikan, karier dan fungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Wanita Jawa dituntut untuk selalu bersikap sabar, legawa, dan patuh, namun juga dituntut menampilkan kecerdasan, kewibawaan dan
berahlaqulkarimah.
Pada zaman sekarang kehidupan wanita
berdampingan dengan pria tidak hanya di dalam
rumah tangga tetapi dalam
juga
di luar rumah. Hal ini berarti bahwa wanita (istri) harus bisa mengurus rumah
tangga (keluarga) sebagai pendidik (ibu) terhadap
anak-anaknya, di samping bertugas sebagai pendamping
suami dalam membantu perekonomian keluarga. Sikap
dan pandangan hidup itu perlu dihayati agar para wanita Jawa tidak tercerabut dari akar budayanya ketika harus
berhadapan dengan proses perubahan termasuk di dalamnya
ialah arus globalisasi.
Pada masa mendatang peran
wanita semakin berat karena bebannya bukan hanya sebagai ibu dan sebagai istri
pendamping suami, tuntutan kualitas hidup wanita untuk menjadi diri sendiri
agaknya memunculkan persoalan tersendiri. Gerakan Fenimisme berdampak
pada bergesernya nilai kewanitaan secara ekstrem, yaitu mengabaikan norma
kewanitaan tradisional yang sebenarnya adiluhung. Jika pikiran dan mental
demikian dibiarkan, lambat laun para wanita Jawa khususnya, dan wanita
Indonesia umumnya, dimungkinkan akan tercerabut dari norma atau etika
kulturalnya yang bersumber pada warisan budaya Jawa.
Tidak ada salahnya jika wanita masa kini
menengok kembali nilai-nilai warisan budaya Jawa dan mempelajarinya.
Mengingat situasi sekarang ini, zaman terus berkembang, segala
nilai yang adanya sedikit berubah, akibatnya banyak wanita modern yang
kehilangan orientasi hidup. Mewujudkan persamaan hak tanpa memedulikan
karakteristik kejawaan bertentangan dengan hukum penciptaan Tuhan dan menyimpang
dari asas keadilan dan sosial di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar