Rabu, 02 Mei 2012

ANALISIS KRITIK SASTRA SASTRA JAWA KUNA KAKAWIN


ANALISIS KRITIK SASTRA SASTRA JAWA KUNA KAKAWIN
“Beberapa Kakawin Minor Dari Kemudian Hari”

Dalam bab ini terkumpul bebrapa kakawin yang berbeda panjangnya dan waktu penulisannya dilakukan pada sejak akhir Majapahit (abad ke-17) sampai abad ke-19. Selain itu dari mutu literernya juga berbeda-beda, bebrapa masih cukup dekat dengan tradisi Jawa Timur. Selain itu juga terdapat beberapa kekurangan dalam teks kakawin tersebut. Cerita yang kurang menarik dan bervariasi dirasas masih kurang menarik. Banyaknya adegan pertempuran yang berkali-kali dan perwatakan yang kurang jelas dirasa sangat menjemukan. Kidung-kidung ini juga tercampur dengan unsur-unsur kebudayaan Bali. Selain itu dalam kidung ini tidak memperhatikan panjang pendek vokal dalam suku kata yang terbuka, demi metrumnya.Hampir semua pengarang kakwin ini tanpa memperhatikan kaidah-kaidah yang ada antara vokal panjang dan pendek.

             1.SUBHADRĀWIWĀHA (PERKAWINAN SUBHADRĀ) ATAU PĀRTHĀYANA      (PENGEMBARAAN ARJUNA)
Kakawin ini menceritakan tentang perjalanan-perjalanan suci Arjuna yang diambil dari Ādiparwa. Dalam edisi Jawa Kuna hanya terdiri dari beberapa halaman sajatetapi dalam kakwin terdiri dari 55 pupuh. Isi dari kakawin ini hampir sama dengan Adiparwa yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna. Disisni terlihat penyimpangan yang sama dengan Mahabarata versi Sansekerta. Nama kerajaan raja Citradahana pada epos Mahabarata disebut Manipura,dalam parwa Manayura dan dalam kakawin Mayura. Dalam Mahabarata apsari yang dibebaskandari kutukan disebut Nagra dalam parwa Sarwada dan dalam kakawin Puspamesi. Diduga pengarang menggunakan sumber dari versi parwa walaupun dengan sedikit perubahan.



    

2.ABHIMANYUWIWĀHA (PERNIKAHAN ABHIMANYU)
Kakawin ini merupakan adaptasi dari Wirataparwa. Bagian tutur-tutur langsung lebih singkat seperti pada perdebatan para Korawa dengan Pandawa. Dalam kakawin ini kita jumpai cukup bukti bahwa karya puisi menimba langsung dari prosa. Terjadinya pemakaian kata dan ungkapan yang berulang-ulang dalam konteks yang sama menjadi salah satu kelemahan. Penyair mengubah kakawin untuk menarik perhatian para pembaca. Banyak bagian deskriptif yang ditambahkan dan bagian naratif dipersingkat tanpa mengubah isinya.
             3.HARIWIJAYA (KEMENAGAN WISNU)
             Hariwijaya merupakan perkembangan dari kisah-kisah Adiparwa. Menurut bahasa, gaya dan teknik puitisasi kakawin ini mirip dengan Subhadrawiwaha dan Abhimanyuwiwaha dan mungkin juga berasal dari waktu yang sama.Karya ini memperluas cerita parwa yang ada dalam edisi Juynboll yang hanya terdiri dari empat halaman.Seperti halnya yang lain kita dapati dalam teks prosa selalu memperlihatkan penyimpangan nama-nama dari bentuk Sansekertanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar